Tuesday, October 20, 2015

2015's Smoke Haze: What Really Grinds Our Gears

Rasanya saya tidak bisa menahan untuk tidak menulis ini. Kabut asap. Well, seperti yang kalian ketahui di pulau Sumatera dan Kalimantan sekarang tengah mengalami sebuah “bencana” bernama kabut asap. Sebenarnya kabut asap bukan barang baru di Indonesia, kabut asap memang sudah menjadi hal musiman di negeri pertiwi ini setiap tahunnya. Tapi tahun 2015, bisa dibilang sebagai kabut asap paling buruk beberapa tahun belakangan atau bahkan di sepanjang sejarah Indonesia.

Tahun ini, kabut asap mulai terasa dari pertengahan bulan Agustus kalo nggak salah. Ada banyak pendapat tentang penyebab kabut asap. Ada yang bilang ini karena panas suhu bumi yang semakin panas sehingga hutan kebakar sendiri, that's bullshit. Ada yang bilang ini ulah para perusahaan-perusahaan dan petani yang membuka lahan dengan cara melakukan pembakaran, that’s true. Well, tapi entah kenapa saya malah berpikir ini semacam sebuah “bencana” yang terorganisir dan terstruktur, maksud saya semacam ada orang mengatur ini.

Bagi elu elu semua para pembakar hutan yang mungkin secara kebetulan ngebaca post ini, kali aja baca blog saya, bahwa yang kalian lakukan itu sangatlah berbahaya dan mengganggu banyak sektor. Saya sebagai warga Indonesia yang tinggal di Palangka Raya, sebagai warga yang merasakan langsung efek kabut asap cuma mau nge-share apa yang sedang kami rasakan sekarang. So without further ado, what really grinds our gears?*

1. Mengganggu kesehatan
Well, udah banyaklah artikel di luar sana yang ngebahas dampak buruk kabut asap bagi kesehatan yang mengakibatkan terjangkit penyakit. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sesak napas, pneumonia, iritasi mata, dan sebangsanya. Udahlah banyak berita yang mengabarkan jumlah pasien di rumah sakit tiap hari meningkat karena kabut asap, bahkan menimbulkan kematian. Indeks standar pencemar udara (ISPU) kian hari getting worse and worse. Pencegahan awal ya cuma bisa pakai masker atau ngga diam dalam rumah sambil berharap ini asap hilang sendiri nunggu hujan atau ngga sambil nunggu langkah konkrit pemerintah. Oh iya mau cerita sedikit, suatu hari beberapa hari yang lalu di Palangka Raya berasa kaya turun salju lo, which is itu abu-abu asap yang melalang buana di langitan dan jatuh ke permukaan bumi. Yang secara tidak sadar itu para abu-abu asap jatuh dan nempel di jajanan makanan dan minuman yang secara tidak sadar juga kita beli terus masuk ke dalam perut.

2. Roda perekonomian terganggu 
Dengan orang paham bahwa kabut asap berbahaya bagi kesehatan maka orang-orang pun malas ke luar rumah, sehingga orang-orang yang kerja pun menggunakan jam kerja yang lebih sedikit yang artinya berimbas pada perputaran roda perekonomian daerah. Kecuali mungkin satu-satunya penggiat ekonomi yang senang dengan kehadiran kabut asap adalah para penjual masker. Sektor pariwisata terhambat, yap bandar udara tidak beroperasi. Belum lagi dari hal-hal seperti pertanian warga rusak layu hingga terkait mobil pemadam kebakaran.

3. Rawan kecelakaan
Jarak pandang karena kabut asap rata-rata hanya 30-100 meter, yang kelihatan cuma lampu dari kejauhan. So that’s why kalo berkendara di tengah kabut asap gini rawan kecelakaan. Belum lagi ditambah beberapa lampu rambu lalu lintas yang tidak beroperasi karena kebanyakannya menggunakan tenaga surya, yap bahkan sinar matahari pun tak kuasa menembus tebalnya kabut asap. Ditambah lagi terganggu dengan abu-abu asap kena mata bikin mata jadi pedas dan perih. Rasanya itu mungkin kalo kalian pernah ngiris bawang atau cabe terus pasti ada rasa perih di mata gitu kan, nah kurang lebih kaya gitu tuh rasanya atau bahkan maybe lebih buruk dari itu.

4. Pendidikan terganggu
Dengan adanya kabut asap, hampir seluruh jenjang pendidikan sekolah mulai dari TK hingga SMA meliburkan siswanya sampai tenggat waktu tertentu. Kalau pun tidak diliburkan pasti dengan modifikasi jadwal. Yang ironisnya sekolah meliburkan sekolah diharapkan agar siswa terhindar dari asap, eh malah justru anak-anak bermain di luar. Yang ironisnya lagi, para guru memberikan tugas kepada siswa agar siswa tidak ketinggalan pelajaran, dan ini malah membuat siswa kebingungan dalam mengerjakan tugas karena tanpa ada penjelasan.

Yah seenggaknya empat poin di ataslah yang paling kerasa mengganggu banget dengan adanya “bencana” kabut asap ini, dan itu belum mengungkit masalah-masalah seperti para fauna dan flora yang ekosistemnya terganggu hingga negara tetangga terkena efek kiriman kabut asap Indonesia yang akhirnya image negeri ini jadi buruk. Hopefully semoga tahun depan dan seterusnya “bencana” seperti ini ngga akan terulang lagi, pemerintah harusnya evaluasi terkait ini. Setidaknya dengan cara inilah saya membantu mengurangi kabut asap, dengan membuat post yang mungkin akan dibaca oleh para pembakar hutan sehingga mereka taubat atau dibaca oleh pemerintah daerah serta pusat, para ahli lingkungan sehingga mereka bisa duduk sama-sama memikirkan tindakan, kebijakan, dan solusi yang tepat. Peace out! #MelawanAsap

*What really grinds my gears adalah sebuah kalimat idiom yang maksudnya menunjukkan hal atau sesuatu yang menyebalkan atau tidak menyenangkan
Categories:

0 komentar:

Post a Comment